Jumat, 08 Februari 2013

SALAM DARI SRI


Dji dapat salam dari sri setyowati, sapa wiwik membuyarkan lamunan adji.
“Sri setyowati?” Tanya adji dalam hati, “siapa dia?” Tanya adji ke wiwik, “itu lo anak kelas 2B”, masih penasaran adji kepada sesosok sri setyowati.
Lambat laun adji pun tahu siapa sri setyowati mesti belum saling kenal, selang 1 tahun akhirnya mereka satu kelas 3A. mesti mereka sudah satu kelas mereka tak pernah saling sapa atau berbicara, hanya sesekali adji tegur sapa dengan wiwik yang sudah dulu ia kenal dan akrab sejak dikelas 2A dulu. Dalam benak adji masih saja bertanya apa maksud ucapan wiwik dapat salam dari sri setyowati sedang dianya tidak pernah merasa kenal aku, sampai akhirnya mereka lulus dari SLTP.


1999 3 tahun berlalu, sutrisno berinisiatif membentuk perkumpulan ORCHID yang tujuannya untuk mengumpulkan alumni lulusan SLTP ROLA, yang awalnya beranggotakan sutrisno, arif, sofyan, priyo, adji, dan agus. Pertemuan – pertemuan berlalu dalam 2 minggu sekali, sampai akhirnya teman – teman alumni pun mendengar kabar kalau ada perkumpuan alumni ROLA. Anggota pun bertambah dan atas inisiatif sutrisno pula untuk mengajak sri setyowati bergabung. Dan sejak itu adji mulai dekat dengan sri setyowati mulai tukar no.tlep dan memberanikan diri main ketempat sri setyowati.

Masih saja pertanyaan dalam benak adji tentang ucapan wiwik yang dulu meski sekarang adji sudah dekat dengan sri setyowati. Bertemu yuni teman dekat wiwik waktu di SLTP, adji memberanikan diri bertanya tentang ucapan wiwik kepada yuni. “Yun, apa sih maksud ucapan wiwik kalau sri sering kirim salam kepadaku waktu SLTP???” alangkah kagetnya adji atas jawaban yuni “sebetulnya wiwik ngucapin salam kekamu untuk membuat panas hati heni karena dia tahu heni ada rasa sama kamu dan wiwik pun ada rasa sama kamu tapi tidak berani berkata jujur. Dan dia ngucapin kata – kata itu pada saat heni melintas didepan kamu.” Sejenak adji merenung dan mencoba flash back kemasa itu.

Hari minggu adji main ketempat wiwik untuk mengantar undangan perkumpulan, benar juga ucapan yuni ada yang tidak biasa dari sikap wiwik ke adji. Ketika hendak berpamitan pulang tiba – tiba wiwik membetulkan kerah baju adji seperti layaknya seorang istri yang membetulkan baju suaminya yang hendak pergi bekerja. Hari – hari berlalu ada kesempatan akhirnya adji untuk bertanya atas apa yang pernah wiwik ucapkan kepadanya. Alangkah kecewanya adji atas jawaban wiwik, “wik, apa maksudmu kalau sri sering titip salam ke aku sedangkan sri nya sendiri tidak kenal sama aku?” “Tujuanku sering kirim salam, siapa tahu kamu bisa dekat dengan sri setyowati.” Itu jawaban dari pertanyaan adji selama ini.

Hari – hari adji lalui bersama sri dengan mengabaikan keberadaan wiwik, meski pernah adji pertanyakan ucapan wiwik kepada sri, namun memang sri tidak pernah kirim salam dan penjelasan sri sama dengan apa yang pernah yuni lontarkan “mungkin wiwik suka sama kamu dji tapi tidak berani terus terang.” Lulus dari SMK sri memilih meneruskan kuliah di universitas dian nuswantoro salah satu perguruan tinggi swasta favorit dan tergolong elit disemarang dan adji memilih untuk tidak melanjutkan kuliah karena jenuh dengan rutinitas bergelut dengan buku. Selama kedekatan mereka adji mendapat kabar dari mukhlisin kalau sri setyowati telah dijodohkan “dji kamu sudah dengar belum kalau sri setyowati sudah dijodohkan dengan seorang anggota TNI berpangkat serda, dia bertugas diluar kota.” Seketika itu dunia adji bak runtuh mendengar kabar dari mukhlisin. Adji pun minta penjelasan langsung dari sri “apa benar kamu sudah dijodohkan?” “aku tidak tahu awalnya dia hanya sekedar beli sesuatu diwarung bapak, main dan ngobrol – ngobrol saja. Tapi aku tidak tahu juga kalau tiba – tiba dia datang dengan orang tuanya dan mempertanyakan aku ke orang tuaku tanpa sepengetahuanku.” Penjelasan sri dengan nada kesal kepada orang tuanya.

Tahun 2000 adji memutuskan untuk melanjutkan kuliah disalah satu PTM disemarang setelah 1 tahun vakum dari rutinitas yang berbau buku. Meski adji sudah tahu kalau sri setyowati sudah dijodohkan tapi mereka masih tetap melanjutkan hubungan dengan cara backstret diam – diam dari orang tua sri setyowati. Ditahun 2001 Ada kesempatan mereka untuk keluar bersama diacara buka puasa bersama ditempat kuliah adji, meski janjian dan berangkat terpisah hati adji merasa senang bisa keluar bersama untuk melepas rindu. Datang keacara lebih awal mereka ngobrol – ngobrol tentang keadaan kampus adji “ini kampusmu dji?” tanya sri “iya” jawab adji “kok berantakkan sekali seperti sekolah TK?” “maklum kampus baru, umurnya juga baru dua tahun dan aku angkatan kedua disini. Beda dengan kampus kamu, tempatnya kuliah anak – anak orang kaya.” ada sedikit rasa dongkol dalam hati adji atas ucapan sri.

Akhir dari cerita cinta, pada tanggal 20 maret 2002 adji merasa capek dengan keadaan yang tidak menentu dan tidak ada kejelasan mau dibawa kemana hubungan mereka. “hallo assamualaikum” ”waalaikum salam” jawab sri dengan suara khasnya. “kemana saja dji lama gak ada kabar, lama gak sms dan ga tlep?” “lagi sibuk” jawab adji sekenanya. “sri aku mau ngomang sesuatu kekamu, mungkin ini telponku yang terakhir” “memang kenapa dji?” “aku sudah tidak mau melanjutkan hubungan kita, aku sudah capek menjalani hubungan seperti ini” “tidak bisa begitu dji, mungkin nanti kalau aku sudah mandiri dan mampu bekerja sendiri aku mau menolak keputusan orang tuaku” dengan nada marah sembari menangis sri menjawab pernyataan adji. “meski kita sudah tidak berhubungan lagi tapi kita kan masih bisa berteman dji” “tidak bisa, maaf.” Meski sebetulnya dalam hati adji masih sayang dan cinta kepada sri dan memilih untuk tidak berhubungan sama sekali takut untuk terluka seandainya tetap berhubungan dengan dia. Dikamar adji merenungi keputusannya tanpa sadar air matanya menetes merasa kehilangan sesosok orang yang ia kasihi. Dalam hatinya bergumam “kenapa ujian cintaku begitu berat?”

Undangan datang lewat agus, tahun 2003 sri memutuskan untuk menikah. Hati adji heran kok menikahnya bukan dengan orang yang dijodohkan orang tuanya melainkan dengan seorang laki – laki yang adji belum kenal sama sekali. Hari minggu datang keacaranya ditemani agus, arif dan sofyan, mungkin kalau adji datang sendiri ia akan menangis ditempat menyaksikan persandingan sri dengan pria lain. Ada moment yang sedikit membuat hati adji terhibur, tanpa dikode dan tanpa dikomando semua teman – teman adji termasuk adji sendiri tidak menyalami orang tuanya pembelai pria. Acara selesai kumpul ditempat agus “setia kawan ya setia kawan tapi gak harus semua tidak pada nyalami orang tuanya si pembelai pria juga x.” semua pada tertawa tanpa mereka sadari memang mereka tidak menyalami orang tuanya dari si pembelai pria.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Tiap kali bertatap muka waktu berpapasan sri masih saja melemparkan senyuman manis kepada adji, tanpa tahu arti dari senyuman itu. “biarlah jawaban terjawab dikala nyawaku sudah lepas dari raga” gumam adji dalam hati.

Tidak ada komentar: